Baja pada zaman kuno dan antik sudah dikenal dan biasanya diproduksi menggunakan tungku tempa dan tungku wadah. Pembuatan baja paling tua dalam sejarah sampai sekarang adalah beberap keping perkakas besi yang digali dari sebuah situs arkeologi di Anatolia (Kaman-Kalehoyuk) dan berusia hampir 4.000 tahun lamanya, bertanggal 1.800 SM. Horace mengidentifikasi adanya senjata-senjata berbahan baja seperti falcata di Semenanjung Iberia, sedangkan Baja Nordik sempat digunakan oleh Pasukan Roma.

Reputasi dari Besi serik di India Selatan (baja wootz) tumbuh dengan pesatnya di seantero dunia pada saat itu. Situs-situs pembuatan logam di Sri Lanka menggunakan oven yang memanfaatkan angin muson, mampu untuk membuat baja berkadar karbon tinggi. Produksi massal baja Wootz di Tamilakam menggunakan tungku wadah dan sumber karbon seperti tanaman Avaram terjadi di abad ke-enam SM, sebuah pionir untuk produksi dan metalurgi baja modern.

Orang-orang Tiongkok di Periode Negara Perang (403-221 SM) memiliki baja yang diperkeras dengan penyiraman,[25] sedangkan orang Tiongkok pada periode Dinasti Han (202 SM – 220 AD) membuat baja dengan melelehkan besi tempa dan besi tuang bersama-sama, menghasilkan produk akhir yaitu baja berkandungan karbon menengah pada abad ke-1 M.

Orang Haya dari Afrika Timur menemukan sebuah oven yang bisa merekagunakan untuk membuat baja karbon pada suhu 1802 °C (3276 °F) nyaris 2.000 tahun lalu lamanya. Baja Afrika Timur ini kemungkinan bertanggal 1.400 SM menurut Richard Hooker.

Bukti-bukti adanya produksi baja berkarbon tinggi tertua di Subkontinen India ditemukan di Kodumana, wilayah Tamil Nadu, Golconda di wilayah Andhra Pradesh dan Karnataka, serta di wilayah Samanalawewa, Sri Langka. Baja ini dikenal kemudian sebagai baja Wootz, dibuat di India Selatan pada periode abad ke-enam SM dan diekspor ke seluruh dunia. Teknologi baja yang sudah ada sebelum 326 SM di wilayah tersebut ditemukan dalam isi literatur Tamil Sangam, Arab dan Latin sebagai baja-baja yang terbaik di dunia dan diekspor ke orang-orang Roma, Mesir, Tiongkok dan Arab pada saat itu – yang mereka sebut besi Serik. Sebuah Perkumpulan Tamil di Tissamaharama pada tahun 200 SM, di Tenggara Sri Lanka, membawa serta artifak besi dan baja dari periode klasik.

Baca Juga  Kelebihan Baja Sebagai Material Konstruksi

Orang Tiongkok dan lokal di wilayah Anuradhapura, Sri Lanka juga mengadopsi metoda pembuatan baja Wootz dari Dinasti Chera Tamil di India Selatan pada abad ke-5 M. Di Sri Lanka, metoda pembuatan baja kuno ini menggunakan sebuah oven angin yang unik, memanfaatkan angin muson yang memiliki kemampuan pembuatan baja berkadar karbon tinggi. Karena hal ini, maka asal-muasal teknologi baja di India bisa diestimasi pada rentang waktu 400-500 SM.